Indonesia telah mencatatkan sejarah lewat QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), sistem pembayaran digital yang dikembangkan Bank Indonesia (BI) dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI). Proyek nasional ini tidak hanya mengubah wajah transaksi digital di Tanah Air, tetapi juga mulai mengancam dominasi raksasa global seperti Visa dan Mastercard . Bagaimana bisa?
1. Biaya Transaksi yang Lebih Rendah
Salah satu keunggulan QRIS adalah biaya transaksi yang jauh lebih murah. Untuk UMKM mikro, biaya Merchant Discount Rate (MDR) hanya 0,3% untuk transaksi di atas Rp 500.000, dan bahkan 0% untuk transaksi di bawah nilai tersebut. Bandingkan dengan Visa dan Mastercard, yang umumnya mematok biaya hingga 2-3% per transaksi.
Kebijakan ini membuat QRIS sangat diminati pelaku UMKM, yang merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia. Sebaliknya, Visa dan Mastercard mulai merasa terganggu, terutama di segmen transaksi ritel domestik.
2. Adopsi Masif dan Inklusi Digital
Hingga kuartal I 2025, QRIS telah menjangkau 56,28 juta pengguna dan 38,1 juta gerai , dengan 93% di antaranya adalah usaha kecil. Angka ini jauh melampaui penetrasi Visa dan Mastercard, yang sebagian besar fokus pada transaksi internasional dan segmen menengah-atas.
Kelebihan lain QRIS adalah kemudahan penggunaan . Cukup dengan satu kode QR statis, pedagang di pasar tradisional hingga supermarket dapat menerima pembayaran digital tanpa perlu perangkat terminal mahal seperti EDC Visa/Mastercard .
3. Kedaulatan Digital dan Keuntungan Nasional
QRIS dirancang untuk memperkuat kedaulatan digital Indonesia. Berbeda dengan Visa dan Mastercard yang berbasis di AS, QRIS sepenuhnya dikendalikan oleh BI dan institusi lokal. Hal ini meminimalkan ketergantungan pada sistem asing dan memastikan data transaksi milik warga tetap aman di dalam negeri. Menurut Wakil Ketua DPR Misbakhun, "QRIS bukan cuma efisien, tapi juga murah (nyaris tanpa biaya untuk UMKM), mudah digunakan, dan sangat relevan dengan gaya hidup digital. Tak hanya itu, QRIS juga menjadi simbol kemandirian teknologi Indonesia"
4. Ancaman bagi Bisnis Visa/Mastercard
Meski masih mendominasi pasar Indonesia, Visa dan Mastercard mulai merasa terancam. Analis menyebut QRIS berpotensi menggerus pangsa pasar mereka di segmen UMKM dan transaksi domestik, yang selama ini menjadi sumber pendapatan utama.
Namun, tantangan tetap ada. Infrastruktur internet di daerah terpencil masih menjadi hambatan bagi QRIS untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Sementara itu, Visa dan Mastercard terus berinovasi dengan fitur keamanan dan integrasi global yang lebih matang.
Kesimpulan
QRIS bukan sekadar alat pembayaran digital, melainkan simbol kemandirian teknologi Indonesia. Dengan biaya rendah, adopsi masif, dan visi kedaulatan digital, proyek ini telah membuktikan bahwa inovasi lokal mampu menantang dominasi global. Meski belum sepenuhnya menggantikan Visa dan Mastercard, QRIS telah membuka jalan baru bagi negara berkembang untuk merebut kembali kontrol atas ekosistem pembayaran mereka.
Referensi:
- https://indonesia.go.id/kategori/ekonomi-bisnis/9239/pengamat-qris-dan-gpn-jadi-jalan-menuju-kedaulatan-ekonomi-digital?
- https://hypeabis.id/read/48314/digdaya-qris-di-tanah-air-pakar-ungkap-keunggulan-kelemahannya
- https://www.antaranews.com/berita/4790841/beda-qris-dan-gpn-kenapa-keduanya-penting
